Home

Kamis, 05 Agustus 2010

Tabung Gas Meledak? Mana Mungkin???


Dear Mc-ers,

Beberapa hari belakangan ini, pemberitaan mengenai Tabung Gas Meledak, ramai jadi perbincangan.

Ini berita BURUK atau berita LUCU? Seorang kerabat saya yang berasal dari Australia, tertawa (sampai terpingkal-pingkal) dengan berita-berita yang berkeliaran di media-media Indonesia, khususnya berita mengenai Tabung gas meledak. Dia menanyakan, apakah memang tabung di Indonesia bisa meledak seperti layaknya Bom atau granat? "Wah, bagaimana resepnya? Koq kami tidak bisa membuat benda yang sama?"

Saya hanya berusaha menjelaskan, bahwa persisnya tidak seperti itu. Tidak mungkin meledak. Karena setiap berita yang menginformasikan adanya tabung gas yang meledak, ternyata pada layar kaca maupun gambar-gambar tampak jelas kalau tabungnya baik-baik saja, utuh, hanya catnya yang terkelupas dan tentusaja tidak hancur berkeping-keping sebagaimana layaknya bom atau granat yang meledak.

Mengapa banyak media menggunakan kata "MELEDAK"? Menurut saya, biar nampak heboh saja. Dan tentusaja kita lebih senang mendengarkan dan menyampaikan berita yang seru daripada mendengarkan dan menyampaikan informasi yang benar dan lebih bermanfaat. Misalnya, kenapa gas bisa mengakibatkan ledakan? Dan apa sebenarnya penyebabnya.

Kalau orang asing sampai terpingkal-pingkal, seharusnya kita yang ditertawakan merasa malu, mencari tahu kebenarannya dan bukan malah jengkel apalagi masa bodoh dan tetap berada di dalam "kebodohan".

Kenapa Gas Bisa Meledak ?
Sebenarnya yang terbakar adalah gas. Dan tentusaja bukan tabungnya. Suara ledakan, adalah akibat jumlah gas yang cukup banyak dan terkonsentrasi di luar tabung. Kalau gas masih tetap berada di dalam tabung, maka gas tersebut tidak akan terbakar. Gas yang berada di dalam tabung, memberikan tekanan keluar, sehingga tidak mungkin api sampai masuk ke dalam tabung.

Sebagai contoh, saat kita memasak, klep yang berada di atas tabung, terbuka oleh tekanan regulator, lalu gas mengalir menuju kompor melalui selang. Sistem pada kompor, membagi gas secara merata pada masing-masing mata tungku, sehingga kita bisa memasak seperti biasa. Seandainya api dapat "tersedot" atau "menyambar" ke dalam tabung melalui gas yang dialirkan di dalam selang, maka setiap kita memasak pastilah akan terjadi kebakaran.

Sebenarnya, setiap kita memasak, terjadi "KEBAKARAN". Hanya saja, jumlah gas yang keluar jumlahnya tidak banyak, dapat dikendalikan, sehingga "kebakaran" tersebut dapat kita manfaatkan untuk memasak.

Pada prinsipnya, gas akan habis jika bertemu api. Oleh karenanya pada setiap kilang minyak maupun kilang gas, pada ujung cerobong diberikan api. Agar gas tersebut habis terbakar dan tidak menyebar kemana-mana.

Yang BERBAHAYA adalah saat gas keluar dari tabung dan disana tidak ada api. Parahnya, disanapun tidak ada ventilasi yang dapat mengalirkan gas keluar dari ruangan. Akibatnya, gas akan terus berkumpul, menjadi banyak, dan memiliki tekanan yang cukup tinggi. Sehingga pada saat ada yang menyalakan kompor, korek api atau menyalakan listrik maka akan menimbulkan percikan api. Gas yang terkonsentrasi di dalam ruangan dalam jumlah yang banyak, akhirnya terbakar secara bersamaan. Inilah yang menimbulkan suara seperti ledakan dan daya bakar yang luar biasa cepat.

Jadi, penyebab terjadinya kebakaran gas karena adanya 2 unsur yang saling medukung:
Pertama, karena adanya kebocoran gas. Kedua, karena tidak ada ventilasi sehingga gas tersebut terkonsentrasi. Kalau hanya salah satu saja penyebabnya, maka tidak akan terjadi kebakaran besar. Gas yang bocor di tempat terbuka, mungkin saja dapat terbakar, tapi tentulah tidak sedahsyat gas yang bocor di tempat yang tidak berventilasi baik.

Penyebab Kebocoran
Gas dapat keluar dari Tabung yang terbuat baja penyebabnya bisa bermacam-macam sebagai berikut :
1. Tabungnya bocor
2. Regulator rusak atau bocor
3. Regulator tidak menutup dengan rapat
4. Selang rusak atau bocor
5. Sambungan antara selang dengan regulator tidak rapat
6. Sambungan antara selang dengan kompor tidak rapat
7. Knop kompor dalam keadaan terbuka, sehingga terus mengalirkan gas.

Dari 7 penyebab keluarnya gas tesebut, kira-kira berapa persen salah pertamina dan berapa persen salah kita sebagai pengguna ?

Kesalahan dari pihak pemerintah, pertamina dan konsultan yang ditunjuk untuk membagi-bagikan paket tabung dalam program konversi adalah karena tidak mensosialisasikan secara menyeluruh kepada masyarakat mengenai tata cara penggunaan kompor dan tabung gas yang benar dan aman.

Kesalahah lainnya yang cukup fatal adalah TIDAK MEMBERITAHUKAN UMUR SELANG dan REGULATOR kepada masyarakat pengguna kompor dan tabung gas. Selang dan Regulator, rata-rata dapat bertahan dan bekerja dengan baik selama 12 bulan sampai maksimal 20 bulan.

Nah, Kapan terakhir kita mengganti SELANG dan REGULATOR ?
Kalau kita pun tidak ingat kapan terakhir kali mengganti selang dan regulator, artinya, kita pun tinggal menunggu waktu dan PASTI akan menjadi salah satu korban yang banyak diceritakan di berbagai media tersebut.

Kalau kita lupa mengganti baterai remote TV dan menunggu sampai baterainya benar-benar habis, resiko terparahnya kita harus memencet tombol di TV secara langsung. Kalau kita lupa menganti Ban Motor dan membiarkannya aus karena gesekan, resiko terparahnya kita slip dan mungkin tabrakan. KALAU KITA LUPA MENGGANTI SELANG DAN REGULATOR DAN MEMBIARKANNYA RUSAK KARENA USIA, resikonya yah, KEBAKARAN.

Kalau kita sendiri yang lupa menganti selang dan regulator dan menunggunya sampai rusak dan bocor, apakah pantas kita menyalahkan orang lain atau pemerintah?

Memang pemerintah ada andil dalam kejadian kebakaran gas belakangan ini. Tapi kita, juga ikut andil dan menjadi penyebab utama kebakaran tersebut.

Harga paket selang dan regulator yang berkualitas baik, kurang dari
Rp 100.000,- tapi dampak membiarkan selang dan regulator rusak rasanya bisa ribuan kali dari harga tersebut di atas.

Kalau pemerintah kurang sosialisasi, maka marilah kita yang mengerti untuk mensosialisasikan hal ini, minimal kepada keluarga dan kerabat kita. Mari kita berhenti menjadi masyarakat yang suka mengeluh, saatnya menjadi bagian dari solusi…!!!

Salam
www.sukardiarifin.com

dikutip dari milist 'MC-ers'

Sabtu, 24 Juli 2010

Appreciative Inquiry


LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat.

Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa. Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana.

Saya memintanya memperbaiki kembali, sampai dia menyerah. Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberi nilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri. Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat. "Maaf Bapak dari mana?" "Dari Indonesia," jawab
saya. Dia pun tersenyum.

Budaya Menghukum

Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya. Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat.

"Saya mengerti," jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik itu. "Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anak-anaknya dididik di sini,"lanjutnya. "Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai. Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement! " Dia pun melanjutkan argumentasinya.

"Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbeda-beda. Namun untuk anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat," ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya. Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita.

Saya teringat betapa mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai "A", dari program master hingga doktor. Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para penguji yang siap menerkam. Saat ujian program doktor saya pun dapat melewatinya dengan mudah.

Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar- benar siap.
Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalan begitu mereka tahu jawabannya. Mereka menunjukkan grafik-grafik yang saya buat dan menerangkan seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti. Ujian penuh puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan penuh
keterbukaan. Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut "menelan" mahasiswanya yang duduk di bangku ujian.

Ketika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan, penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakan-akan kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat saya sangat tidak manusiawi. Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata belakangan saya temukan juga menguji dengan cara menekan.

Ada semacam balas dendam dan kecurigaan. Saya ingat betul bagaimana guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di sana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel.

Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan
karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak.

Kembali ke pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya. "Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan," ujarnya dengan penuh kesungguhan. Saya juga teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.

Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut. "Sarah telah memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang berarti." Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi
penilaian yang tidak objektif.

Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent (sempurna), tetapi saya mengatakan "gurunya salah". Kini saya melihatnya dengan kacamata yang berbeda.

Melahirkan Kehebatan

Bisakah kita mencetak orang-orang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan rasa takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan penghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru, sundutan rokok, dan seterusnya. Kita dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas...; Kalau,...; Nanti,...; dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di sekolah.

Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi lebih disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya, dapat tumbuh. Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan, ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh.

Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh.

Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau memberi ancaman yang menakut-nakuti. (*)

RHENALD KASALI
Ketua Program MM UI


Note: Tulisan ini sebenarnya tanpa judul, saya beri judul 'Appreciative Inquiry' karena pola pendidikan di Amrik tsb sesuai dgn prinsip 'Appreciative Inquiry' yang bagi saya sendiri baru tahu setelah diperkenalkan pertama kali oleh seorang temen terbaik saya awal tahun ini. thanks ya friend.. :)

5 Sukses karakter personal


Apakah trait itu? Dalam bahasa psikologi, trait menggambarkan suatu sifat atau kecenderungan yang agak permanen yang lebih sulit diubah. Dalam bahasa awamnya, kita sering kali menggunakan istilah karakter. Biasanya, lawan dari istilah trait ini adalah 'state'. 'State' menggambarkan suatu kondisi yang lebih temporer atau sementara.

Jadi, kembali ke topik pembahasan kita kali ini. Mari kita bicara soal karakter-karakter penting kesuksesan yang perlu dimiliki oleh seseorang untuk sukses atau berhasil.

Kali ini, sebagai model untuk pembahasannya, kita akan menggunakan tokoh terkemuka pada 2010 yang dijuluki juga sebagai manusia terkaya di dunia, yakni Carlos Slim Helu dari Meksiko.

Nilai kekayaannya bersihnya diperkirakan sekitar US$53,5 miliar dan 'sedikit' mengalahkan posisi Bill Gates yang hanya sekitar US$ 53 miliar. Dengan kekayaan ini, maka untuk pertama kalinya daftar urutan orang terkaya di dunia diduduki oleh orang dari negara yang termasuk kategori negara berkembang. Bagaimana pelajaran tentang sukses yang bisa dipelajari dari tokoh terkaya di dunia ini?

Bayangkan, dengan latar belakang dari keluarga yang berasal dari Lebanon, sebagai anak terkecil, Carlos sudah harus membantu ayahnya dengan tokonya. Tentu saja, dengan latar belakang keluarga dari Lebanon yang berbeda sekali dengan kondisi di Meksiko, kemampuan bergaul dan beradaptasi adalah kunci terpenting. Di sinilah seorang Carlos belajar untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Kualitas lain yang diperlihatkan oleh Carlos adalah kualitas untuk berjuang dengan gigih. Bahkan, sejak usia 10 tahun, ia telah mulai membantu keluarganya berjualan minuman dan makanan ringan.

Kegigihan dan disiplin ini pun masih terus dipraktikkannya hingga ia dewasa. Bahkan, banyak keberhasilannya diperoleh dengan cara membeli saham-saham murah ketika terjadi krisis dan ia terus berjuang gigih sementara yang lain, mungkin melihat tidak ada lagi harapan. Sebagai contohnya, adalah tatkala ia membeli saham Telmex, salah satu jasa operasi telekomunikasi di negera tersebut.

Yang menarik, saat terjadi krisis di Meksiko pada 1987, ketika semua orang menjadi panik, ia justru membeli saham-saham murah dan menjualnya dengan keuntungan berlipat ketika bursa mulai membaik.

Sikap optimistisnya ia ungkapkan ketika bicara soal krisis, "Anda tahu? Krisis selalu sementara saja. Tidak ada kesulitan yang berlangsung selama 100 tahun, selalu ada pemulihan".

5 Trait penting!

Dari kisah orang terkaya di dunia ini, kita bisa belajar mengenai beberapa point penting yang seperti dikatakan oleh seorang penulis majalah 'Money', Murad Ali. Bahkan menurut Murad Ali, trait-trait ini bukan saja hanya dalam hal pengelolaan uang, melainkan juga berlaku di dalam pengelolaan hubungan antarmanusia. Apakah kelima trait penting tersebut?

Pertama, adalah emotional intelligence atau kecerdasan emosional. Telah banyak dikisahkan bagaimana orang menjadi gagal dalam karier dan hubungan keluarga gara-gara kecerdasan yang satu ini tidak terasah.

Salah satu ciri utama dalam kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk beradaptasi dan menyesuaikan dengan lingkungan di mana pun kita berada. Mereka-mereka yang kecerdasan emosionalnya kurang, cenderung akan kaku, sering memaksakan kehendak dan sering kali mengalami 'konfik' dengan lingkungannya sehingga tidak bisa diterima.

Dalam kasus Carlos, ia cukup sadar diri dan peka lingkungan bahwa di sekitar kehidupannya adalah masyarakat Meksiko yang kebanyakan berada di bawah garis kemiskinan.

Ia sendiri cukup'cerdik' untuk tidak hidup jor-joran ataupun pamer kekayaan. Ia bahkan hidup dengan sangat sederhana, mengendarai mobil Mercedez kunonya serta tinggal di rumah yang sudah ia tinggali sejak 40 tahun.

Ia pun cukup bisa bergaul dengan lingkungan masyarakat sekitarnya, sehingga masyarakat sekitarnya juga membela dan mencintainya. Di sisi lain, kemampuan pergaulannya juga luar biasa, bahkan Presiden Carlos Salinas-pun menjadi temannya.

Kedua, adalah kegigihan serta keyakinan diri. Masih ingat dengan kisah kesuksesan salah tokoh penemu terbesar pada abad ke-20, Thomas Alva Edison? Ia mengalami kegagalan dan kehancuran lebih banyak daripada kesuksesannya.

Namun, salah satu kualitas yang ia tunjukkan adalah kegigihannya serta kemauannya untuk bangkit kembali. Dari kisah orang-orang yang sukses, termasuk kisah Carlos yang kaya raya, tidaklah selalu penuh dengan keberhasilan.

Namun, ada satu komentar yang perlu kita selalu ingat yakni, "Banyak orang mengalami kegagalan karena mereka menyerah terlalu cepat!"

Ketiga, trait kreativitas. Kreativitas adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang baru dan menarik. Kreativitas juga berarti tidak macet di satu titik tertentu.

Kebanyakan orang cenderung ketika sukses, ia terjenak di dalam zona nyamannya dan tidak lagi berusaha untuk meningkatkan dirinya. Banyak yang ketika sukses terjerembab dalam sindrom kesuksesan dengan merasa bahwa, "Aku sudah menjadi yang terbaik".

Namun, belajar dari kisah para orang sukses adalah prinsip tidak mudah berpuas diri dan terus bergerak. Mereka tahu bahwa, saat ini mereka bisa saja yang terbaik, tetapi besok bisa jadi ada orang lain yang akan mengalahkan mereka. Karena itulah, mereka tidak berhenti bergerak dan berinovasi.

Keempat adalah kemampuan untuk mengelola rasa takut. Dalam hal berinvestasi, rasa takut adalah sesuatu yang mesti dikelola. Sering kali kita mengenal istilah 'calculated risk' atau risiko yang diperhitungkan.

Namun, untuk bisa mengambil calculated risk ini, kadang-kadang ada perasaan takut yang harus diatasi. Seperti dikatakan oleh pepatah, orang yang paling berani bukanlah orang yang tidak punya rasa takut tetapi orang yang mengelola ketakutannya.

Hal ini bisa kita pelajari dari Carlos Slim, saat krisis terjadi di Meksiko. Sementara rata-rata orang takut untuk berinvestasi. Justru momen seperti itulah yang ia pergunakan sebagai kesempatan untuk berinvestasi.

Kelima adalah semangat terus bertanya dan menggali. Masih ingatkah tatkala Einstein ditanya apakah kunci rahasia ia menemuka teori relativitas. Menurutnya sederhana, "Kuncinya, saya masih terheran-heran dan mempelajari soal cahaya, sementara orang dewasa lainnya sudah berhenti bertanya".

Demikian pula, pada orang-orang sukses ditemukan semangat selalu menggali dan bertanya. Mereka bertanya "Mengapa sesuatu terjadi?" dan melakukan sesuatu untuk meningkatkan dirinya.

Pada diri Carlos, satu kualitas luar biasanya adalah kemampuan untuk bertanya bagaimana orang lain bisa menjadi berhasil dan ia bertanya apa yang bisa ia lakukan dalam kemampuannya. Itulah yang membuatnya sukses! Sekarang, mari kita tanamkan trait-trait ini ke dalam diri kita serta mengasahnya.


dikutip dari Anthony Dio Martin, http://www.bisnis.com/kolom/2id3025.html

Kamis, 24 Juni 2010

Leaving On A Jet Plane

All my bags are packed, I’m ready to go

I’m standing here outside your door

I hate to wake you up to say goodbye

But the dawn is breaking, it’s early morn

The taxi’s waiting, he’s blowing his horn

Already I’m so lonesome I could die

#Reff#

So kiss me and smile for me

Tell me that you’ll wait for me

Hold me like you’ll never let me go

Cause I’m leaving on a jet plane

I don’t know when I’ll be back again

Oh babe, I hate to go

I’m

There’s so many times I’ve let you down

So many times I’ve played around

I’ll tell you now, they don’t mean a thing

Every place I go, I think of you

Every song I sing, I sing for you

When I come back I’ll wear your wedding ring

To Reff #

Now the time has come to leave you

One more time, oh, let me kiss you

And close your eyes and I’ll be on my way

Dream about the days to come

When I won’t have to leave alone

About the times that I won’t have to say

To Reff#

But I’m leaving on a jet plane

Ahhhhh...

Singer : Chantal Kreviazuk

Writer : Deutschendorf, John


*) malam ini, lagu ini bener2 melukiskan perasaanku..

Hmm.. hope for the best J

Kamis, 17 Juni 2010

IQ Finansial


Untuk menjadi kaya kita perlu meningkatkan IQ financial.

(Robert T. Kiyosaki)


IQ finansial menurut Robert Kiyosaki mencakup 4 bidang yang luas :

  • Akuntansi
  • Investasi
  • Mengerti faktor pasar
  • Hukum

1. Akuntansi

Inilah yang Robert Kiyosaki sebut melek finansial. Keterampilan penting jika anda ingin membangun imperium bisnis. Semakin banyak uang yang menjadi tanggung jawab anda, semakin dibutuhkan keakuratan, atau rumah itu akan ambruk. Ini adalah otak bagian kiri, atau detail-detail. Melek finansial adalah kemampuan untuk membaca dan memahami laporan finansial. Kemampuan ini mengizinkan anda untuk mengenali kekuatan dan kelemahan bisnis apapun.

2. Investasi

Ini yang Robert Kiyosaki sebut ilmu pengetahuan tentang uang yang menghasilkan uang. Ini mencakup strategi dan formula. Ini adalah otak bagian kanan, atau sisi kreatif.


3. Mengerti Faktor Pasar

Menurut saya pribadi, kita harus mengetahui bahwa pasar seringkali digerakkan oleh perasaan atau emosi (fear & greedy). Kemudian faktor pasar yang lainnya adalah pengertian ekonomis akan investasi, apakah investasi masuk akal atau tidak masuk akal berdasarkan pada kondisi-kondisi pasar yang sekarang. Untuk memahami faktor pasar juga kita harus memahami hokum penawaran dan permintaan.

Seperti misalnya pada awal tahun 90-an ketika banyak perusahaan Go Public, banyak sekali orang yang beli saham karena alasan emosionil, bukan alasan ekonomi investasi jangka panjang. Begitu banyaknya orang antri berbondong-bondong untuk mendapatkan saham perdana dengan perhitungan akan untung dalam jangka pendek tanpa menghitung apakah harga saham perdana tersebut masuk akal atau tidak. Memang benar bila dilepas jangka pendek mereka akan untung. Tapi pada prakteknya, banyak orang merasa untung tapi tidak untung sesungguhnya karena mereka tidak jual ketika untung dan ketika harga turun mereka tidak berani jual karena takut rugi dan disimpan sampai hari ini dengan sakit hati. Dan siapa yang untung dalam situasi tersebut? Adalah orang-orang yang memahami hukum pasar dan mereka yang berjualan saham.

Contoh lain ketika demam pencarian emas di amerika, siapa yang kaya? Adalah orang-orang yang menjual alat-alat pertambangan emas dan celana jeans yang kuat untuk para penambang.

Orang-orang yang kaya adalah orang-orang yang bisa mengenali permintaan pasar atau menciptakan pasar sendiri.


4. Hukum

Misalnya, memanfaatkan korporasi yang dibungkus dengan keterampilan teknis tentang akuntansi, investasi, dan pasar dapat membantu pertumbuhan yang luar biasa. Orang dengan pengetahuan tentang keuntungan dan perlindungan pajak yang disediakan oleh sebuah korporasi dapat menjadi kaya dengan jauh lebih cepat daripada orang yang cuma menjadi karyawan atau pemilik tunggal sebuah bisnis kecil. Ini seperti perbedaan antara seseorang yang berjalan kaki dengan yang terbang. Perbedaan itu sangat besar bila menyangkut kekayaan jangka panjang.


Sudahkah Anda mengasah kecerdasan IQ finansial Anda?

*disarikan dari TDW university

Bagaimana berhasil menjadi True Business Owner



Salah satu tes apakah “Business Owner” atau “Self-employee” yang memiliki business sesungguhnya adalah bila bisnis tadi kita tinggal satu tahun, bisnis tadi bertambah besar atau rugi, (bisakah anda meninggalkan bisnis anda selama satu tahun atau lebih dan saat kembali menemukannya lebih menguntungkan serta berjalan dengan baik daripada ketika anda pergi?).

Bagaimana bisnis kita berkembang dengan atau tanpa kita ?
Menurut Robert Kiyosaki untuk berhasil menjadi “Business Owner” diperlukan :
A. Pengendalian sistem
B. Kemampuan memimpin orang.
Banyak orang merasa bahwa yang paling penting adalah produk atau jasanya. Ini tidak mutlak benar.
Jutaan orang bisa membuat burger lebih enak dari Mc. Donald tapi hanya Mc. Donald yang mempunyai system yang telah menyajikan milyaran burger.
Menurut saya ada 3 sistem yang diperlukan untuk membuat perusahaan menjadi dahsyat :
1. Sistem sumber daya manusia termasuk pembinaan, reward dan punishmentnya.
2. Sistem kontrol (kontrol arus kas, kontrol kedisiplinan, kontrol keuangan , administrasi, dll).
3. Sistem marketingnya.
Sistem adalah urut-urutan kerja yang logis dan menghasilkan.

Untuk memilih orang-orang yang tepat menurut saya ada 3 kualitas yang diperlukan, yaitu :
Passion
Integrity
Skill


disarikan dari TDW University

Rabu, 16 Juni 2010

Kegelisahan yang Positif

Oleh: Andre Vincent Wenas

Siapa yang tidak kenal merek Intel. Hampir semua komputer ada tulisan “Intel Inside”, artinya chips (microprocessor) di dalamnya adalah buatan Intel. Pendek kata, Intel merajai pasaran chips komputer dunia. Namun, kenalkah Anda dengan Andrew Grove, orang yang telah memimpin dan membawa Intel sampai sehebat sekarang ini.

Dalam 11 tahun masa kepemimpinan Andrew Grove (1987-1998) Intel mematri dirinya sebagai perusahaan chipmaker terbesar di dunia. Dalam ranking ‘The Most Admired Company’ (perusahaan paling dikagumi) di Amerika Serikat menempati posisi ke lima. Juga dalam ranking perusahaan paling menguntungkan (Most Profitable Company) versi Fortune500 menempati posisi ke tujuh.

Saya sendiri sangat mengagumi sosok yang sangat inspiratif ini. Ia juga teladan para intelektual praktis, kemampuannya mensinergikan karir akademik dengan karir bisnisnya mengagumkan. Selain mengajar manajemen strategik di Stanford University, Andrew Grove juga rajin menulis kolom di media-massa dan menulis buku. Kisahnya mungkin juga bisa menginspirasi Bung Sonny dalam mempertahankan bisnisnya bahkan mengembangkan terus.

Dua bukunya menarik disimak, High Output Management (1983) dan Only The Paranoid Survive (1998). Pelajaran yang bisa kita simak dari bukunya yang pertama – tentang output manajemen - sebenarnya sederhana saja, namun sayangnya masih banyak para manajer yang salah menanggapinya. Ceritanya singkatnya begini:

Suatu ketika Grove mengumpulkan para manajer di perusahaan Intel, dan me-review mereka dengan pertanyaan tentang output manajemen (achievement). Dan jawaban mereka rata-rata masih berkutat pada aktivitas individual yang mereka lakukan, bukannya output yang dihasilkan oleh timnya. Padahal manajemen adalah permainan tim, “the game of management is a team game.” Output seorang manajer bukanlah output individual sang manajer, melainkan output dari unit di bawah supervisi atau pengaruh sang manajer.

Pendelegasian yang disertai empowering merupakan sebagian cara untuk meningkatkan output manajer. Grove sendiri tidak mengukur output dirinya dengan ukuran aktivitas pribadinya, melainkan dari output orang-orang yang dipimpinnya. Menurutnya, tugas terpenting seorang pemimpin adalah berupaya mendapatkan kinerja terbaik dari para stafnya. Mereka mesti diseleksi, dimotivasi, dilatih dan diberikan sasaran-sasaran yang menantang, dinilai (review), dan dihargai oleh seorang pemimpin yang mampu memberikan teladan pribadi yang kuat.

Dari buku kedua, kita belajar dari Andrew Grove bahwa sifat paranoia (selalu cemas, gelisah dan resah) dalam konteks yang positif sangat diperlukan untuk menghadapi sederetan rival bisnis yang senantiasa mengintai. Sifat paranoia ini membuatnya senantiasa berjaga dan waspada terhadap berbagai ancaman yang mengintai. Grove juga menginstruksikan bawahannya untuk bersikap yang sama. Istilah manajemen perubahan modern adalah : menciptakan situasi ‘burning platform’ (tempat berdiri yang terbakar). Maksudnya, senantiasa berpikir tentang contingency-plan (rencana cadangan, alternatif jalan keluar). Berpikir dua-tiga langkah ke depan dan kreatif.

Andrew Grove menggunakan sikap kegelisahannya demi mendorong para manajernya bersikap tanggap dan peka terhadap perubahan. Memikirkan setiap aspek dari bisnisnya, kemungkinan produk yang rusak atau layanan yang cacat (defect), kemungkinan kemerosotan kinerja pabrik, berjaga-jaga terhadap kemungkinan pesaing bakal mampu menemukan cara yang lebih baik dan lebih murah, dan seterusnya.

Kepribadiannya yang bergairah, tegas, dan ambisius terbukti sangatlah cocok dengan iklim persaingan keras di lembah Silicon. Anda juga bisa. Bersiaplah untuk sukses.

(baca selengkapnya di artikel Tabloid Bisnis KONTAN)

Rabu, 30 Desember 2009

Ibu

Ibu..
Selintas rindu datang
dan aku tak tahu dari arah mana
Sepanjang kaki melangkah
kasihmu selalu menyerta

Ibu..
Walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat & guna
aku bicara padamu tentang cinta & keindahan
dan aku terima kau dalam keberadaanmu
seperti kau terima daku

Ibu.. I miss U

*) puisi ini tercipta tiba-tiba di malam hari Ibu, 22 Des 2009
*) teruntuk ibu yang nun jauh di sana, kasihmu selalu menyertai, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat & barokah-Nya u/ Ibu, jg u/ Bapak yang sedang menunggu kita di surga-Nya. Amiin