Judul diatas bukanlah mengada-ada, tapi bener-bener jeritan hati para petani. Kalau Anda berasal dari keluarga petani pasti bisa lebih memahami.
‘Indonesia adalah negara agraris’. Saya yakin semua sobat tahu itu karena sejak di Sekolah Dasar kita selalu dicekoki slogan tersebut. Kita tahu mata pencaharian utama penduduk Indonesia adalah petani dengan tanah persawahan & perkebunan yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke. Selanjutnya saya juga yakin semua sobat tahu bahwa sebagian besar penduduk miskin di negara kita tercinta ini adalah ‘petani’. Tapi, apakah para sobat tahu apa yang menyebabkan petani di negeri ini tetap miskin?
Memang banyak hal yang menyebabkan petani tetap miskin. Anda tidak salah kalau menyebut penyebabnya adalah lahan yang menyempit, keterbatasan teknologi, cuaca ekstrim dan berbagai macam alasan lainnya. Tapi, tahukah Anda bahwa penyebab utama kemiskinan petani adalah pemerintah? Masih belum percaya? Perhatikan ini deh..
Sebagian besar petani kita adalah petani makanan pokok, yakni petani padi. Tapi justru petani padi inilah yang paling miskin, mengapa? Hal ini karena harga pupuk & obat-obat pertanian dibiarkan mengikuti harga pasar yang cenderung mahal, tapi harga jual hasil panen dikendalikan pemerintah dengan dipatok pada harga minimum. Bahkan ketika terjadi gagal panen dimana mestinya harga jual agak tinggi untuk menutup biaya selama perawatan, tapi yang terjadi justru pemerintah melakukan import beras untuk menekan harga supaya tetap murah. Ibarat jatuh masih tertimpa tangga bukan?
Sampai di sini judul diatas bisa dipahami kan? Naifnya lagi para peternak sapi juga mengalami hal yang sama dengan petani padi, karena dengan alasan menjaga stabilitas harga daging maka dengan enaknya pemerintah mengimport sapi hidup maupun daging beku.
Bahkan ketika pertengahan tahun 2011 ini terjadi penghentian eksport sapi oleh Australia karena kasus penganiayaan sapi sebelum disembelih, tapi justru pemerintah Indonesia yang mengancam Australia supaya melakukan eksport sapi lagi. Gendeng & aneh bin ajaib bukan? Momen bagus yang mestinya dimanfaatkan untuk mengembangkan peternak lokal, eeee yang terjadi malah sebaliknya. So, sering muncul pertanyaan sinis, ‘Para pejabat negeri ini sebenarnya bekerja untuk siapa? Untuk petani kita atau petani asing???’
Nasib yang hampir sama juga dialami para petani industry, misal petani tembakau, coklat, kopi dsb. Nasib mereka lebih dikendalikan oleh perusahaan semacam pabrik rokok, pabrik kopi dsb.
Oya, baru-baru ini juga heboh kasus import garam. Negara dengan garis pantai terpanjang di dunia & berada di lintasan garis khatulistiwa kok bisa import garam? lucu & aneh kan? :)
So, what will we do? Any ideas? Let’s discuss my brothers & sisters..
‘Aku Cinta Indonesia’
note: gambar diambil dari http://www.padang-today.com/index.php?mod=berita&today=detil&id=26188
Tidak ada komentar:
Posting Komentar