Home

Minggu, 29 Juli 2012

Merasakan Khusyu'


Dengan menyebut nama Allah yang maha Pengasih lagi maha Penyayang.

Hati saya tersentuh membaca "keluhan" tentang bagaimana mendapatkan ketenangan.
Seperti apa sebetulnya "sholat khusyu"?. Mengapa kok sulit?. Mengapa kok tidak bisa?.
Berjuta pertanyaan, menjadi berbelit-belit dan penuh pemikiran dan prasangka.

Saya mencoba berbagi pengalaman, ijinkan saya menjawab dengan sederhana dan ringkas dan semoga mampu jelas kepada arah dan sasaran.
Pertanyaan ini, sebetulnya jawabannya sederhana, jelas dan mudah. Semua orang sudah menjawab dan
semua orangpun mampu menjawab dengan mudah. Namun sayangnya ibarat "gajah" di pelupuk mata, sehingga tidak nampak bentuk gajahnya.
Hanya perlu keluar orbit, menjauh sehingga obyeknya nampak mengecil maka akan kelihatan bentuk gajahnya.
Ringkasnya, karena kita sering terpengaruh dan terpesona dengan kisah dan pemahaman "rasa khusyu" serta rasa "tenang" orang lain berdasarkan apa yang kita dengar dan baca, akhirnya membuat sebuah "persepsi", bahwa kalau tidak seperti itu maka tidak khusyu' dan tidak tenang. Kita tengah mengukur baju sendiri dengan badan orang lain. Tentu saja tidak pernah pas.

Saya tidak akan membahas istilah dan juga ayat-ayat tenang ini karena saya bukan ahlinya, namun saya hanya ingin mengajukan logika dan contoh atau perumpamaan saja.

Belajar khusyu' dalam sholat dari puasa

Sebelumnya, saya ingin menekankan kuat-kuat untuk membedakan khusyu dengan "rasa khusyu”. Khusyu' adalah aktivitas (tindakan) dan akibatnya adalah "rasa khusyu" (sensasi) yang ditimbulkan saat melakukan dengan khusyu'. 
Sekali lagi bedakan khusyu' dan rasanya.

Apakah khusyu itu, secara sederhana bisa disimpulkan sebagai orang yang melakukan "ihsan".
yaitu orang yang dalam kesadarannya mampu melihat Allah, atau dalam kesadarannya sedang dilihat Allah. Contoh orang sedang berihsan adalah berpuasa. Saat berpuasa adalah kondisi saat sadar sedang "diawasi/diamati/dilihat" Allah sehingga mampu menahan lapar dan mematuhi semua perintah
dan menjauhi semua larangan. Inilah "realitas khusyu" dalam ibadah. Saya, dia, anda dan mereka semua yang telah mampu puasa penuh sehari. Dengan menjalankan syariat puasa secara tepat adalah seorang yang telah mampu khusyu, walaupun dia tidak melihat Allah dengan matanya. Namun kesadarannya
mengerti bahwa Allah tengah mengamati semua tindakan kita. Kemanapun kita sembunyi dan mencuri makan, kita sadar bahwa Allah ada, Allah dekat,
Allah memandang kita. Sehingga timbul rasa malu, timbul rasa takut dan timbul rasa sadar. Sensasi rasa inilah yang merupakan "bentuk-bentuk" dari rasa khusyu' ini. Disamping rasa-rasa lain yang akan muncul nantinya.

Jadi sekiranya anda telah mampu puasa satu hari, maka anda telah khusyu' selama 12 jam. Bayangkan. 12 jam khusyu' sungguh luar biasa. Dan terlebih lagi anda yang mampu berpuasa sebulan penuh yaitu 30 hari, khusyu' yaitu sadar terus tengah diawasi Allah. Betapa hebat dan luar biasanya anda ini.
Lalu anda berkata, tidak mampu khusyu' dalam sholat yang hanya 5 menit atau 15 menit. Apakah ini masuk akal?.
Sungguh aneh dan mentakjubkan kalau anda tidak mampu khusyu' yang 5 menit padahal anda mampu yang lebih berat lagi yaitu 30 hari. Dan rasanya tidak masuk akal bukan?. Tentu saja seharusnya sangat mudah. Teramat sangat mudah untuk khusyu' ini.

Maka coba pelajari diri sendiri, dan tanyakan diri sendiri/ Ingat jawabannya hanya anda sendiri yang tahu.
Mengapa anda mampu puasa?.
Mengapa anda mampu ihsan?.
Tanya, pelajari, amati. Mengapa anda mau berpuasa, bagaimana cara nada berpuasa.
Bagaimana keadaannya saat anda mampu menahan diri.
Bagaiamana rasa diamati Allah, dilihat dan diawasi. Dan rasa-rasa lain yang muncul dalam puasa.

Lalu gunakan ini untuk sholat, maka akan sangat mudah. Hanya waktu yang singkat, dan tidak menyakitkan dan melelahkan seperti puasa.

Maka itulah khusyu'. Anda lakukan saat ini juga, maka hanya perlu yakin bahwa itulah khusyu', maka andapun telah khusyu' dalam sekejap mata.

Lalu bagaimana dengan rasa khusyu' dan rasa tenang yang diinginkan?.

Kali ini kita bicarakan masalah rasa. Rasa sangat sensitif sangat bervariasi, naik turun, pasang surut. Tergantung banyak sekali kemungkinan.
Rasa tenang yang dimaksudkan, jawabnya satu: "Hanya dengan dzikir maka hati menjadi tenang". Dzikir yang bagaimana yang membuat hati tenang?.
Puncak ketinggian dzikir adalah "sholat". Maka dengan kekhusyuan sholat maka seharusnya hati menjadi tenang.

Jadi yang awal mulanya, adalah dengan khusyu' dahulu. Dengan khusyu' ini maka berlatih sholat. Untuk mengamati kondisi sholat yang bagaimana yang akan membuat rasa tenang. Amati rasanya. Gunakan rasanya. Gunakan perasaan.

Rasa ini sangat pribadi.

Saya misalkan seorang yang ingin menjadi ahli masakan padang yang baik. Bagaimana caranya?. Tentu aja serius belajar. Mencicipi rasa makanan ini.
Coba lagi, cicipi, coba lagi dan cicipi. Terus menerus. Kondisi lidah ini sangat terpengaruh oleh banyak hal. Maka dengan mencoba berbagai variasi.
Diulang-ulang akan sampai pada keyakinan bahwa dengan cara ini dan dengan ukuran bumbu-bumbu seperti ini maka inilah masakan padang yang paling enak bagi saya.

Walaupun "rasa enak" ini bisa umum, namun juga sangat relatif. Rasa enak untuk diri sendiri tergantung kondisi dan keadaan dari waktu ke waktu. Maka perlu berlatih memasak terus menerus agar tetap dapat memasak masakan padang yang enak bagi diri sendiri. Enak bagi diri sendiri belum tentu pas bagi orang lain. Walaupun tentu saja secara umum orang akan merasa yang enak adalah tetap enak.

Rasa khusyu jauh lebih banyak lagi variasinya, tergantung akan nafs dan ruh. Dan tergantung rasa yang diberikan Allah. Maka hanya dengan mengamati diri sendiri saja akan mengerti.

Jadi bagaimana kesimpulan: Melakukan sholat khusyu' pasti mudah kalau sudah pernah berpuasa dan kalau sudah terbiasa berpuasa. Orang yang khusyu adalah yang penuh keyakinan akan "pertemuan" dengan Tuhannya. Bukan saja nanti di akherat tapi juga saat ini, terutama saat sholat. Rasa paling kecil atau paling sedikit adalah rasa seperti sedang diawasi".
Kalau khusyu' itu mudah maka sholat pasti akan menghasilkan "tenang". Karena begitulah hukumnya atau ketentuannya. Bagi orang yang beriman, maka hanya dengan mengingat Allah maka hati menjadi tenang. Jadi intinya untuk tenang ada dua: Iman dan sholat dengan khusyu'. Kalau belum khusyu' ya diulang lagi latihannya, dan ditingkatkan lagi rasa imannya. Karena ketiadaan tenang, ada dua kemungkinan. Kurangnya iman, atau tidak mengingat Allah (sholatnya tidak mencapai yang dinginkan) yang bisa dianggap belum sholat.

Demikian sekedar penjelasan singkat. Kalau mau membuka arsip di dalam ‘milis dzikrullah’ maka banyak sekali uraian bagaimana sholat yang khusyu' ini.
Jawaban ini sekaligus untuk mengingatkan makna puasa dan pentingnya puasa.

Dua buah ibadah untuk: Penyucian jiwa. Sholat dan Puasa.

Dengan puasa kita belajar sholat.
Dan dengan sholat, kita meningkatkan kualitas puasa.


Wassalam,
Imam Sarjono


Note: tulisan ini saya ambil dari milis dzikrullah@yahoogroups.com dengan sedikit edit penulisannya tanpa mengurangi essensinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar